Selasa, 20 Januari 2009

RINDU … Perempuan di kebun HIKMAH


Tadi pagi selesai shalat subuh, dengan ditemani embun dan secangkir teh hangat saya sempat merenung, apa sih yang biasanya menimbulkan luka jiwa itu, patah hati karena pangeran berkuda meninggalkan sang putrikah?, atau luka seperti yang dialami oleh Majnun ketika Laila tak diizinkan oleh orang tuanya untuk berkasih kasihan?, atau luka jiwa karena ALLAH mengambil semua yang selama ini memberinya kenikmatan, hartakah? jabatankah? atau kehilangan keluarga yang dicintai?

Mungkin semua yang luka, termasuk saya kadang lupa bahwa luka itu berasal dari ALLAH dan mintalah kepadanya obat yang mampu memulihkan luka itu, as simple as that, iya gak dong … “iyah, bicara sih emang gampang De, coba elo yang ngalamin:) eit, tunggu bentar, siapa bilang saya tidak pernah mengalami luka, saya pernah berada dipojok kamar sambil menekuk kaki ke dada sekedar meringankan nyeri ulu hati saya yang sakit terobek robek dan saya dibuat tidak berkutik oleh ALLAH untuk menerima semua takdir kehilangan demi kehilangan waktu itu. Ketika rindu begitu memuncak, ketika airmata berlinang tanpa mampu saya tahan, ketika hati porak poranda, rasa yang sangat aneh dan membuat saya mati kutu, sumpah gak mau lagi !!

Dan menunggu berlalunya waktu dengan luka yang bagai badai dahsyat yang lebih lebat dari tsunami seringkali terasa berat, dan luka hati itu kian berat karena kita tidak tahu kapan akan usai karena manusia diciptakan [dengan kodrat] lemah…

Namun tolong dicamkan baik baik dilubuk hati yang paling dalam bahwa ALLAH tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan umatnya, dan satu lagi yang mempesona dari kalimat ALLAH adalah

DAN JADIKANLAH SHALAT DAN SABAR SEBAGAI PENOLONGMU…

Saya pernah membaca sebuah hadits bahwa ketika Rasulullah terluka jiwanya Beliau bergegas wudhu dan shalat, lalu kenapa kita tidak dong? kan kita juga ingin mengobati semua resah, gundah gulana, dan luka akibat patah itu tadi, iya kan? … tapi apa bisa yah kita shalat khusyu pada saat jiwa yang luka berdarah darah, bukankah mengangkat tubuh saja rasanya gak mampu, loyo seperti dodol yang hitam lembek itu [udah hitam, lembek lagi]. :)

Saya jadi teringat ucapan guru mengaji saya bahwa kita ketika kita berdiri tegak menopang tubuh, menghadapkan wajah kepada pemilik napas kita, dan mengangkat tangan untuk melafalkan takbiratul ilham maka itulah letak penyerahan semua luka, dan biarlah luka berlayar pergi bersama bacaan bacaan shalat… Dan inilah saat kita mengembalikan semua luka yang sempat hadir memporak porandakan jiwa yang lemah ini.

Sesungguhnya salat saya, ibadah saya, hidup saya, dan mati saya hanyalah milik ALLAH, Tuhan pemilik alam semesta…

Ya ampun, betapa naifnya saya, bukankah hidup dan mati saya bukan milik saya, lalu ngapain saya merasa bahwa pangeran saya seolah olah milik saya sepenuhnya … seharusnya saya tidak menangis kan dia bukan milik saya, saya menangis karena merasa memiliki, iya saya jadi ingat ucapan teh nini bahwa Aa Gym itu bukan miliknya tapi hanya dititipkan untuk menjadi suaminya, jadi kalo ALLAH menghendaki Aa Gym jadi suami untuk perempuan lain, kenapa juga dia harus rontok, luluh lantak… :)

Innalillah, sesungguhnya saya dan semua manusia dimuka bumi ini adalah milik ALLAH, lalu ngapain dong kemarin saya ngaku ngaku bahwa pangeran tak berkuda itu milik saya, betapa kumuhnya hati saya, dan gak tahu diri lah kalo saya mengakui bahwa pangeran itu tidak boleh pergi karena ia adalah milik saya, kini saya sadar… ya ALLAH saya kembalikan semua yang pernah saya aku akui, dan sucikanlah kembali qalbu saya wahai ILLAHI.

Dan kini saya layarkan semua luka … jangan kembali lagi yah :)

Telah saya layarkan cemburu disudut kamar, telah saya hanyutkan duka pada sungai kecil yang mengalir dari mata, telah saya kabarkan lewat angin dan gerimis catatan hati yang terhampar di tiap jengkal sajadah dalam tahajud dan sujud panjang…




wew...sungguh pengungkapan fantastisssssssssss....
aku jadi ingat Allah...yang memang sungguh luar biasa....
kadang kita sebagai manusia lupa dengan hakikatnya Allah
jika luka datang melumat kita tanpa ampun barulah kita tersadar kita tak punya pegangan apapun kecuali Allah dalam kesempurnaannya...mbak aku suka tulisanmu ....