Sabtu, 27 Desember 2008

Zakh Syairum Majid

MANUSKRIP LUKA I

noura

Kusam katamu. Rintik hujan, mengabut matamu Seonggok kubur. Masa Silam. Menggelombang Senja tak akan kita temui, bisikmuseorang tua memilin jemarinya kereta api asap hitam, menghadirkan masa kanak kita juga jericit hujan, yang kemudian menculikmu dari persenyawaan kita. Tak lagi aku-kau. Tak lagi kau-aku




MANUSKRIP LUKA II

noura

Rindu. Malam. Sajadah gigil beku. Korden dan jeruji jendela Serakan cinta. Tak sampai, tak sampai Dan memang kita menginginkan tak sampai Kita terpenjara dalam daging-daging masa lalu Aku ingin engkau menangis sekarang, katamu Kupelihara seekor belatung di hatiku Agar memakannya, agar aku merasakan sakit Dan merasakan bagaimana tak punya hati Agar tak ada yang bersemayam dalam hatiku, hatiku Sajadah gigil beku. Sepercik darah membiru

Bogor, 1424

Dina Oktaviani

LAKON TUBUH

kubentangkan dada bagi sejarah lelaki

tempat jalarkan perih

tempat jalarkan kecemasan

tapi tak ada apa pun lagi di sana

susu dan dagingnya telah terjual di kamar pekat

tinggal kalimat-kalimat tanpa darah

untuk tak pernah mereka tanya

"apa yang kau pinta sesudah ini semua?"

entah bagaimana aku berbahagia

dengan selaksa luka mereka

dan bila setiap pagi tak kutemukan lagi

selembar makna (tubuhku)

di ranjang yang tersayat mati

sempurnalah aku sebagi dewi

lampung, oktober 2001